Google+

Featured Post 7

Home » » Sama-sama Punya 'Harta Karun' Langka, Ini Bedanya RI dan China

Sama-sama Punya 'Harta Karun' Langka, Ini Bedanya RI dan China

Indonesia mempunyai potensi mineral rare earth atau tanah jarang yang cukup besar yang harganya mahal dan langka bak 'harta karun' bagi negara industri. Tanah jarang itu juga dimiliki China, yang saat ini menjadi prodsuen terbesar di dunia.

BERITA UNIK - Indonesia mempunyai potensi mineral rare earth atau tanah jarang yang cukup besar yang harganya mahal dan langka bak 'harta karun' bagi negara industri. Tanah jarang itu juga dimiliki China, yang saat ini menjadi prodsuen terbesar di dunia.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Achdiat ?Atmawinata mengatakan, tanah jarang di Indonesia potensinya cukup besar. Meski tak menyebutkan berapa angka pasti besaran potensi tanah jarang yang mengandung monazite, uranium, atau thorium tersebut. Achdiat menyebut, sayangnya komoditas harta karun tersebut tak diperhatikan.

"Itu tidak diperhatikan. Rare earth itu ada detailing stock-nya. Artinya sisa buangan dari proses, dan itu menggunung tapi tak terkelola dengan baik. Dan kita jual sebagai pasir uruk, ilegal, ke Singapura," tutur Achdiat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Selasa (30/6/2015).

Sesuai namanya, lanjut Achdiat, rare earth yang hasilnya bisa digunakan untuk komponen elektronik hingga komponen pesawat ulang alik ini merupakan barang langka.

"Potensinya besar sekali, saya prihatin karena rare earth itu adalah barang langka. Namanya juga rare, jarang," tuturnya.

Saat ini, yang punya potensi tambang mineral ini paling besar adalah China. Tak heran, rare earth biasanya didapat dari pasir bawaan dari pasir timah. China sendiri saat ini adalah produsen Timah nomor satu di dunia, yakni sebesar 168.000 metric ton per tahun, sedangkan Indonesia 66.000 ribu metric ton dari 86.300 metric ton pasir timah.

Pasir timah sendiri tak selalu membawa tanah jarang saat diekplorasi. Ada yang kandungnnya besar, kecil atau bahkan tak ada sama sekali.

Dikatakan Achdiat, China sudah mengolah rare earth menjadi barang yang sudah punya nilai tambah. Sedangkan Indonesia, menjualnya dalam bentuk pasir uruk, itupun ilegal.

"China, dia punya konsentrasi rare earth yang tidak seperti kita, bukan ikutan jadi terkonsentrasi dengan baik. Dan sekarang, China, dia itu tidak mau jualan dalam bentuk mentah. Dia mau value added (nilai tambah) tinggi. Dia kalau perlu jualan dalam bentuk IC. Dia untuk komponen ponsel, mahal, bisa juga buat magnet untuk kualitas tinggi, teknologi tinggi," tuturnya.

Padahal menurut Achdiat, jika saja Indonesia mampu mengolah tanah jarang menjadi bernilai tambah, Indonesia bisa punya peran penting di dunia.

"Dengan potensinya yang ada, seharusnya kita itu salah satu yang diperhitungkan. China tak mau jual mentah, itu yang harus kita contoh," tutupnya.



Written by : Your Name - Describe about you

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam id libero non erat fermentum varius eget at elit. Suspendisse vel mattis diam. Ut sed dui in lectus hendrerit interdum nec ac neque. Praesent a metus eget augue lacinia accumsan ullamcorper sit amet tellus.

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::

Random Posts